Jumat, 27 November 2015

ENOUGH



Batavia, 25 Nov 2015

Apalah arti cemburuku
Jika tiada artiku untukmu
Apalah arti perihku
Jika tiada pedulimu untukku
Apalah arti sayangku
Jika hanya hampa dalam apatismu
Apalah artinya aku
Jika tiada ruangmu tuk  namaku
Apalah artinya air mata yang terruah
Jika dindingmu penuh sekat
Enough…
Cukuplah luka ini
Entah tuk siapa
Enough…
Cukuplah lara ini
Entah untuk apa
Enough…
Cukuplah waktuku yang tersia
Entah bagaimana bisa?
Satu luka yang pernah kautoreh
Belumlah sembuh benar
Jangan lagi kautikam aku dari belakang
Jangan lagi kaukucurkan merahnya tuba
Apa salahku
Hingga kauseretku dalam pusaran permainanmu
Apa khilafku
Hingga kaubuyarkanku dalam coba isengmu
Terima kasih
Kau tlah tuangkan sirup penuh racun
Yang tlah kutenggak
Meski mata meleleh nanah
Terima kasih
Kau tlah beriku sulapan mata
Neraka berbalut swargaloka
Terima kasih
Tlah suguhkanku
Drama tragedi menyayat kalbu








Kamis, 28 Mei 2015

PALSU


                                                        Batavia, 28  Mei 2015
Tuhan, Kau tahu?
Kau pasti tahu
Aku merasa aneh melihat wajah negeriku
Begitu banyak isu,
dari beras yang katanya palsu,
ijazah palsu,
uang palsu,
sampai suami
en istri juga ada yang palsu?
Tuhan,
Apa benar ya ada juga wajah-wajah palsu,
sampai tercipta lagu
buka dulu topengmu,
Tuhan,
Aku jadi takut,
miliki harapan palsu,
Aku jadi takut
dengan kata palsu
Apa nda diganti saja dengan gadungan??
jadine,
beras gadungan,
uang gadungan,
ijazah gadungan,
suami gadungan,
istri gadungan,
moga semoga Kaulindungi aku dari
harapan gadungan,
cinta gadungan,
en kasih sayang fatamorgana
hiks
Aku mau Kaudamaikan negeriku
Jauhkan dari sgala isu semu samar
bersatu bersinergi
galang kekuatan bersama
tuk bangun negeri
berlandas cinta kasih,
bermotor kemajuan bersama,
tegakkan puing-puing kebanggaan negeri
sampaikan salamku tuk ibu pertiwi



Senin, 25 Mei 2015

APALAH AKU

Batavia, 26 Mei 2015




Apalah aku di matamu
Aku bukan apalah apalah
Apalah aku di matamu
Aku hanyalah mantan orang kaya
Apalah aku di matamu
Aku bukan apalah apalah
Apalah aku di matamu
Aku hanya seorang anak desa
yang berjuang sekuat hati
meraih mimpi
Apalah aku di matamu
Aku bukan apalah apalah
Apalah aku di matamu
Aku hanyalah seorang musafir miskin
yang tak punya apa-apa
Apalah aku di matamu
Aku bukan apalah apalah
Apalah aku di matamu
Aku hanya orang kerdil
yang tak mau berjiwa kerdil
Apalah aku di matamu
Aku bukan apalah apalah
Apalah aku di matamu
Aku hanyalah seorang hawa naif
yang mungkin bermimpi terlalu tinggi
Apalah aku di matamu
Aku bukan apalah apalah
Apalah aku di matamu
Aku hanya seorang hamba
yang hanya memiliki asa di ujung jari
Apalah aku di matamu
Aku bukan apalah apalah
Apalah aku di matamu
Aku hanyalah seorang single parent
yang hanya tahu berjuang dan berjuang
dalam sgala lemahku,
letihku,
dalam sgala keterbatasan
Apalah aku di matamu
Aku bukan apalah apalah
Apalah aku di matamu
Aku hanya seorang insan
yang mencari teman seperjuangan
dalam mengarungi samudra sisa kehidupan
menuju cahya ridho-Nya
Apalah aku di matamu
Aku bukan apalah apalah
Apalah aku di matamu
Aku hanyalah seorang naif
kerdil
tiada daya
tiada sempurna
seperti inginmu
dan enggan kau lihat
tetapi,
inilah aku
yang bukan apalah apalah
di matamu
tapi berusaha menjadi "apa"
berbekal bias kasih-Nya

Minggu, 15 Februari 2015

KANGEN BERAT

                                Batavia, 11 Mei 1997

Ya Ilahi
kurindukan Engkau
dalam relung kalbuku                      
kurindukan Engkau
dalam rongga tubuhku
kurindukan Engkau
dalam hentak jantungku
kurindukan Engkau
dalam desah nafasku
kurindukan Engkau
dalam ingatanku
kurindukan Engkau
dalam sukmaku
kurindukan Engkau
dalam jasadku


Sabtu, 14 Februari 2015

Ada Badai di Dadaku


Batavia, 1997

Seperti pohon kelapa
semakin tinggi
kerasnya angin
pasti

Kau tak tahu
dia, mereka juga
ada badai di dadaku
yang mengoyak sgala rasa
yang memporakkan sgala
                                       suka,
                                       duka,
yang menggandakan takut
                                        dan kecut
jatuh dalam sumur gamang
tiada daya 

Sejenak Bermain Kata


kupejam sejenak
kulihat sesosok tubuh
tergolek tanpa daya
tak bicara
tak ada suara
ia diam
tapi tak henti berkata
lewat matanya
yang mengalirkan luka
bermain warna-warna 
sebentar bening
sebentar kemerah-merahan
sebentar merah
sebentar merah pekat
sebentar lagi putih
sebentar lagi bening
kadang biru
kadang hijau
kadang kuning
kubuka sejenak
ooohh...inikah kenyataan??
yang menggilas semua mimpi
ooohh...ada yang pedih
apa yang pedih?
aku tlah mati bersilam lalu
kutinggal bangkai hidup
di taman panas, sepi, dan bau
karam dalam sesuatu

Batavia, 1996 

Pengaduan Tunggul Pohon

Batavia, 1996


Tuhanku...

Kemarau panjang menerpaku
menggugurkan daun-daunku
merontokkan bunga-bungaku
Ku kepanasan
tapi tetap tegak berdiri

kucoba, Tuhan
kucoba
tetap tegar
menatap gersangnya masa